Sri Mulasih vs Mafia Tanah: Perjuangan Panjang di Klaten yang Belum Usai

Berita, Daerah, Sengketa, Viral340 Dilihat

Klaten, – Kamis 28 Agustus 2025 – Di balik riuh sengketa lahan Pasar Purwo Rahardjo, Desa Teloyo, tersimpan kisah getir seorang perempuan sederhana. Namanya Sri Mulasih, putri bungsu almarhum Slamet Siswosuharjo. Sejak 2011, ia tak pernah lelah memperjuangkan sebidang tanah warisan ayahnya di Kecamatan Wonosari, Klaten.

Tanah itu sah milik keluarganya—bersertifikat resmi atas nama sang ayah, dengan pajak rutin dibayarkan oleh Sri Mulasih. Namun jalan yang ia tempuh untuk mempertahankannya jauh dari kata mudah.

Melawan Bayang Mafia

Setiap langkah perjuangan Sri Mulasih seolah berhadapan dengan tembok besar. Ia mencurigai adanya peran oknum desa, pejabat daerah, bahkan aparat yang terkesan menutup mata terhadap haknya. Proses hukum berlarut, sidang demi sidang ia jalani, bukti demi bukti ia sodorkan. Tetapi kebenaran yang ia harapkan seakan sengaja dipersulit.

“Bagi saya, ini bukan hanya soal tanah,” ucapnya suatu ketika dengan suara bergetar. “Ini tentang amanah bapak saya. Tentang kehormatan keluarga.”

Perlawanan yang Panjang

Sudah belasan tahun Sri Mulasih bersuara. Dari meja pengadilan, ruang mediasi, hingga pintu-pintu kantor pemerintahan ia ketuk. Ia hadir sendiri, membawa dokumen, menghadirkan saksi, meski harus berhadapan dengan pihak-pihak yang jauh lebih kuat.

Di balik sosoknya yang sederhana, Sri Mulasih menjelma simbol perlawanan rakyat kecil terhadap cengkeraman mafia tanah. Kisahnya menggugah, sebab ia bukan hanya melawan untuk dirinya, melainkan untuk martabat keluarga dan hak masyarakat agar tidak mudah dirampas oleh permainan kekuasaan.

Potret Keadilan yang Tertunda

Hari ini, perjuangan Sri Mulasih belum usai. Ia masih menunggu keadilan berpihak, masih berharap hukum benar-benar bekerja untuk rakyat. Di tengah dugaan adanya permainan politik dan kepentingan, keberaniannya menjadi pengingat bahwa kebenaran memang bisa diperlambat, tetapi tidak bisa dibungkam.

Perjalanan Sri Mulasih adalah potret nyata betapa getirnya perjuangan warga biasa menghadapi pusaran kekuasaan. Ia mungkin seorang diri, tetapi keberaniannya telah menyalakan api: bahwa keadilan, betapapun lama diperjuangkan, pada akhirnya harus ditegakkan. M Soleh/Tim (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *