Pak Sarju ,S.IP Lurah Petir Rongkop Memimpin Kirab Budaya Dalam Upacara Sadranan Mbah Jobeh

Lestarikan Warisan Leluhur, Warga Petir Gelar Tradisi Sadranan Mbah Jobeh

GUNUNGKIDUL, CAKRARAJAWALI.COM | Lurah Kalurahan Petir, Sarju, S. IP, pimpin langsung kirab budaya Upacara Adat Sadranan Mbah Jobeh yang berlangsung pada hari Kamis Kliwon, tanggal 25 September 2025 siang.

Upacara adat sadranan mbah Jobeh sudah menjadi agenda tahunan yang terus dilestarikan oleh masyarakat Kalurahan Petir hingga saat ini. Meskipun dari tahun ke tahun mengalami perkembangan dalam pelaksanaanya, namun tidak mengurangi esensi dan tujuan yang sesungguhnya.

Yaitu melestarikan tradisi budaya luhur tinggalan para nenek moyang yang telah mendirikan desa Petir. Mbah Jobeh merupakan sosok spiritual yang melegenda hingga kini tak lapuk oleh kemajuan jaman.

Kirab 13 Gunungan yang dimulai dari halaman balai Kalurahan Petir dengan diiringi oleh Bergodo Guntur Rumekso menuju pelataran kompleks petilasan mbah Jobeh di bulak Pakel diikuti oleh warga masyarakat dari 13 Padukuhan.

Upacara adat mbah Jobeh berlangsung cukup hidmad dengan disaksikan oleh beberapa pejabat yang hadir, diantaranya Bupati Gunungkidul yang diwakili oleh seksi sejarah dan permusiuman, Sukasno, S. Sos, Tim monitoring Kalurahan Budaya, Dinas Kebudayaan DIY, Drs. CB, Supriyanto dan Sakiyo,S.S, Panewu Kapanewon Rongkop, Danramil dan Kapolsek Rongkop, Lurah Kalurahan Petir beserta Pamong dan lembaga serta sejumlah undangan lainya.

Bupati Gunungkidul dalam sambutanya yang disampaikan oleh Sukasno, S. Sos, antara lain mengatakan, mengucapkan selamat atas terselenggaranya upacara adat sadranan mbah Jobeh. Budaya memiliki fungsi yang Sentral dan mendasar sebagai landasan utama tatanan bernegara dan menjadi jati diri suatu bangsa.

Pesan kami kepada seluruh warga masyarakat Kalurahan Petir, untuk golong gilik dalam melestarikan budaya Jawa seperti Sadranan hari ini. Adat sadranan yang terus dilestarikan bisa menjadi sarana nguri uri budaya leluhur, yang harus terus dilestarikan.

Sementara itu Lurah Kalurahan Petir, Sarju, S. IP dalam amanatnya selaku pemimpin upacara adat Sadranan mbah Jobeh, kepada warga masyarakat berpesan, jangan dibanding bandingkan atau dicampur adukan antara budaya dan agama.

Termasuk dalam melestarikan budaya kita Sadranan mbah Jobeh ini, akan berjalan dengan baik ketika masyarakat bisa menempatkan mana agama dan mana budaya, terang Sarju S. IP.

Adat Sadranan mbah Jobeh ini, menurut Sarju, S. IP sudah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Artinya secara resmi sudah diakui oleh Negara. Sehingga untuk kegiatan nyadran ini untuk nguri uri budaya Jawa tetap kita lestarikan. Harapan kami, kedepan Kalurahan Petir segera menyandang status sebagai Kalurahan Mandiri Budaya.

Persiapan kami, kebetulan tahun ini, kita mendapat program dari Biro Perekonomian dan SDA DIY dibuatkan masterplan untuk rencana seandainya nanti Petir menjadi Kalurahan Mandiri Budaya.

Sementata itu, Drs. CB. Supriyanto, selaku tim monitoring Kalurahan Budaya DIY, dalam sambutannya mengatakan apa yang pernah di sampaikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX (Sembilan), bahwa hari Kamis Kliwon dalam perhitungan Jawa merupakan hari pilihan yang istimewa.

Dengan angka kembar 88, jika dijumlah menjadi 16, disebut Respati Kasih. Siapa saja yang mengadakan kegiatan pada hari itu, apa saja yang dihajatkan akan terkabul.

Seperti adat Sadranan hari ini, kita semua sudah mengikuti semua rangkaian upacara adat hingga do’a wilujengan, semoga semua yang punya keinginan bisa terkabul, kata CB Supriyanto. Apalagi sebagai among tani, mudah mudahan pada musim tanam tahun ini hasilnya bisa melimpah, harapnya.

Usai upacara adat Sadranan berlangsung, para pengunjung bisa menyaksikan pertunjukan seni jathilan Mego Kartiko dari Padukuhan Ngurak-urak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *